Pena Tak Berdawat, :)
“Selamat ulang tahun vannya, aku
harap dengan hadiah yang aku berikan buat kamu ini bisa buat kamu bahagia. Sebuah
Pena peninggalan almarhum ayahanda ku. Aku mohon kamu ngerawatnya dengan baik
ya. Aku yakin dengan dawat pena ini, kamu akan menulis cerita yang akan membuat
kamu jadi penulis terkenal suatu saat nanti. Aku harap kita bisa segera
bertemu. Salam sayang, Devano, sahabat kecil mu.”
“Vano..” gumam ku terharu bahagia setelah membaca tulisan disecarik kertas yang
menggulungi pena hitam bercorak kuning emas yang terbuat dari perak itu. Tanpa berfikir
panjang, aku pun segera menuliskan sebuah puisi didalam buku diary yang pernah
diberikan vano sebelum pergi meninggalkan kota kelahiran kami, Pekanbaru,
setelah ayahnya meninggal dalam kecelakaan pesawat saat bertugas.
“vannya, loe udah ditunggu anak2 dibawah tuh.” Panggil zara, sahabat ku, yang
mengagetkan aku yang tengah focus didalam perasaan ku. Aku pun segera menutup
buku diary